This post is also available in: English

“Ibu, apakah Ibu menyadari kalau cuaca sekarang berbeda dengan yang dulu? Iklim berubah, nelayan pergi lebih jauh untuk menangkap [ikan], kenapa? Terumbu karang dan bakau adalah tempat tinggal biota laut, jika itu rusak, kita perlu mencari ikan di tempat lain. Kita perlu menyiapkan lebih banyak bahan bakar, lebih banyak energi dan uang [yang dikeluarkan] – kita tidak akan mendapat manfaat dari lingkungan yang rusak.”

Nurain Lapolo menceritakan percakapan rutinnya dengan para perempuan di desa pesisir Indonesia tempat dia bekerja.

Nurain Lapolo, Direktur Japesda | Foto: Japesda

Hari itu, saya duduk di depan laptop saya untuk berbicara dengan Nurain, Direktur Japesda. Dia baru saja pulang kerja, kami pun mengobrol dan bercerita tentang kegiatan kami di penghujung hari. Kapanpun saya berbicara dengannya, saya bisa merasakan semangatnya untuk konservasi dan pemberdayaan masyarakat terpancar dari pemimpin muda ini. Dia sangat percaya pada kekuatan perempuan dalam membangun masa depan yang berkelanjutan untuk semua.

Ain (panggilan akrabnya) adalah direktur kedelapan Japesda, sekaligus direktur perempuan pertama sejak organisasi ini didirikan pada 2000. Sebagai organisasi konservasi laut berbasis komunitas dan mitra Blue Ventures, Japesda melakukan pekerjaan luar biasa dalam memberdayakan masyarakat pesisir di Gorontalo dan Sulawesi Tengah untuk mengelola perikanan mereka secara lebih berkelanjutan.

Japesda membangun jaringan dan kemitraan yang kuat dengan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan sesama organisasi berbasis masyarakat, serta sektor swasta untuk mengadvokasi mata pencaharian yang berkelanjutan bagi masyarakat pesisir di Indonesia. Saat ini, Japesda membantu masyarakat di Uwedikan agar mereka dapat memimpin sendiri upaya konservasi laut untuk mengelola dan melindungi perikanan gurita mereka.

Jatuh cinta dengan konservasi berbasis masyarakat

Saat kami berbicara, Ain berbagi kisahnya, “Saya lahir di keluarga petani. Saya tumbuh dekat dengan pegunungan dan saya senang berada di tanah pertanian bersama keluarga saya”. Ia juga bercerita bahwa pertemuan pertamanya dengan ilmu konservasi dan lingkungan adalah saat ia menempuh studi S-1 ​​Biologi di Universitas Negeri Gorontalo.

“Saya selalu ingin tahu lebih banyak tentang biologi. Saya berpikir pasti ada lebih banyak hal untuk dijelajahi,” katanya. “Dosen saya membuat saya menyadari bahwa biologi tidak hanya tentang menghafal semua nama ilmiah, tetapi lebih dari itu. Ini tentang manusia, tumbuhan, dan hewan yang saling berhubungan. Ini tentang hidup kita bersama”.

“Selama kuliah, saya ikut proyek pengabdian masyarakat, di Torosiaje, Provinsi Gorontalo. Kami fokus pada restorasi bakau dan mengembangkan mata pencaharian alternatif bagi kelompok perempuan,” lanjut Ain dengan semangat. “Kami bekerja dengan perempuan di masyarakat, melatih mereka menggunakan buah bakau untuk membuat produk makanan, seperti pai, kue dan jus, sehingga mereka bisa berjualan di pasar”.

Saat itulah saya tertarik dengan masyarakat pesisir dan melihat potensi perempuan untuk terlibat dalam konservasi laut. Saya juga melihat bahwa mereka membutuhkan dukungan dan bantuan untuk melakukannya,” kata Ain.

Melalui proyek tersebut, Ain menemukan kecintaannya pada pemberdayaan masyarakat. Pada 2018, dia menyelesaikan gelar pascasarjana di bidang Manajemen Lingkungan untuk mendukung keinginannya dalam karier barunya. Selama menempuh pendidikan pascasarjana, Ain membantu beberapa proyek konservasi bakau dan pengelolaan berkelanjutan di seluruh Indonesia. Setelah lulus, ia menjadi manajer program terkait mata pencaharian masyarakat di Kabupaten Pohuwato, Gorontalo.

“Bagian terpenting dari program ini adalah mengajak masyarakat, khususnya perempuan, untuk peduli terhadap perubahan iklim dengan melindungi dan melestarikan kawasan pesisir dan laut. Sekarang dan di masa depan,” kata Ain.

Ain (kanan) baru-baru ini mengunjungi Papua Barat untuk melatih para perempuan di sana dalam mengolah buah bakau | Foto: Japesda

Membantu perempuan menjadi pahlawan konservasi

Ain suka bepergian, bertemu orang baru, dan berbicara dengan mereka tentang lingkungan mereka. “Saya percaya bahwa semakin kita sadar akan pentingnya lingkungan, kita semakin ingin menjaganya,” katanya. Bekerja di tengah masyarakat pesisir di Gorontalo dan Sulawesi Tengah, Ain memiliki kesempatan ini setiap hari – itulah yang paling dia sukai dari pekerjaannya di Japesda.

Ain mengatakan kepada saya bahwa melihat perempuan di masyarakat terlibat dalam upaya konservasi merupakan kebanggaan dan kegembiraannya. Ia memberi contoh, ada seorang perempuan yang pernah bekerja bersamanya di Desa Torosiaje Jaya, bernama Nurwati Pakaya. Dengan dukungan Japesda, Nurwati kini menjadi pelindung mangrove dan ahli dalam mengolah buah mangrove menjadi produk pangan untuk menunjang pendapatan keluarganya.

 

“Perempuan memainkan peran penting dalam konservasi dan pengelolaan perikanan,” lanjut Ain, “Saya percaya bahwa memberdayakan perempuan sangatlah penting karena mereka adalah pemberi pengaruh dalam keluarga. Mereka dekat dengan sumber daya alam dan mereka memiliki kekuatan untuk mengelolanya secara berkelanjutan”.

Wanita berada di garda depan dalam perjuangan melawan kerusakan iklim – dan kami juga yang paling terpengaruh oleh hal tersebut. Kita perlu memberi lebih banyak ruang bagi perempuan untuk terlibat dalam pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan,” tambahnya.

Ketika perempuan belajar dan memimpin

Ain selalu menjadi pembelajar yang bersemangat, hal ini telah membantunya menjadi pemimpin yang kuat seperti sekarang. “Saya bersyukur memiliki sistem pendukung yang baik: orang-orang yang benar-benar percaya pada saya,” kata Ain. “Saya percaya bahwa perempuan memiliki kekuatan sendiri dalam kepemimpinan,” tambahnya.

Selama tiga tahun kepemimpinannya, Ain telah membuat banyak perubahan dalam Japesda. Dia meningkatkan kualitas sumber daya manusia, membuka kesempatan bagi para relawan untuk belajar tentang konservasi, memperbaiki administrasi dalam organisasi, dan bahkan memimpin kampanye peningkatan kesadaran untuk mengadvokasi pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan ke khalayak yang lebih luas dan bermitra dengan asosiasi jurnalis Indonesia di Gorontalo.

 

Baru-baru ini, Ain dan tim Japesda mendapat pencapaian yang besar. Ia memberitahu saya dengan bangga bahwa masyarakat Uwedikan dan Lambangan di Sulawesi Tengah telah berhasil merehabilitasi hutan bakau – sekitar 10 hektare. Usaha inilah yang menggiring pembentukan kawasan konservasi perairan (KKP) yang mencakup lebih dari 700 hektare.

Ketika ada orang yang meragukan Anda, tetaplah konsisten dengan apa yang Anda lakukan sehingga mereka akan mempercayai tindakan Anda – lebih dari kata-kata Anda,” kata Ain. “Jangan menyerah, walaupun ada tantangan yang mungkin Anda hadapi.”

Ketika saya tanya tentang harapannya untuk masa depan, dia tersenyum – hal lain yang dia sukai – dan berkata, “Saya berharap para perempuan tidak perlu merasa kecil dan terkurung. Kita harus selalu merasa percaya diri untuk angkat bicara. Saya juga berharap Japesda akan terus mengembangkan jaringan kemitraan kami dengan lebih banyak organisasi, memberdayakan kami untuk mendukung lebih banyak masyarakat pesisir di seluruh Indonesia.”


Jelajahi seri blog Perempuan di Perikanan kami

Cari tahu bagaimana Japesda terus mendukung pengumpulan data berbasis masyarakat selama COVID-19

Pelajari lebih lanjut tentang bagaimana Japesda mendukung masyarakat Uwedikan di Sulawesi Tengah


 

Posted by Nisa Syahidah

As our National Communications Officer, Nisa has been telling the stories of our partners in Indonesia since 2019.

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *